Rasulullah SAW pernah menegur seorang sahabat yang mengelus-elus janggutnya ketika sedang shalat. Rasulullah menjelaskan bahwa rekannya itu tidak khusyu dalam shalatnya. Selanjutnya Rasulullah saw bersabda bahwa kalau hatinya khusyu maka anggota badannya akan khusyu pula.
Rasa khusyu berpusat di dalam hati sanubari yang termanifesikan dalam gerak anggota badan, pikiran dan perhatian.
Ahmad Ali Ash Shabuni dalam Mukhtashar Tafsir Ibni Katsir menerangkan bahwa sikap khusyu dalam shalat adalah dengan melempar pandangan ke arah tempat sujud dan khusyu akan tercapai dengan mengosongkan hati hanya untuk shalat. Orang yang menjalankan shalat akan memperoleh “ketenangan hati” dan “penyejuk hati”.
Dengan demikian khusyu dalam sholat akan tercapai dengan memahami arti bacaan dalam shalat, selalu ingat kepada Allah dan takut akan ancaman-Nya, memanjatkan do’a hanya kepada Allah dengan sepenuh hati dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah. Dengan khusyu kita akan merasakan suatu kenikmatan beribadah.
Tumbuhnya keikhlasan ditandai dengan keikhlasan beribadah kepada Allah, untuk memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, dan mengerjakan segala sesuatu yang diridhoinya. Ketaatan kepada Allah berarti tumbuhnya keinginan bagi orang yang mendirikan shalat untuk melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-larangan-Nya.
Mengerjakan shalat adalah sebagai perwujudan dari keyakinan yang telah tertanam di dalam hati orang yang mengerjakannya, dan menjadi bukti bahwa ia telah merasakan bahwa dirinya sangat tergantung kepada nikmat Allah karena itu berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-laranga-Nya.
Dengan shalat seorang akan selalu mengingat Allah, karena bacaan dari shalat tediri dari tasbih, tahmid, takbir, do’a serta dapat merasakan keagungan dan kebesaran Allah.
Belum ada tanggapan untuk "Khusyu dalam Sholat"
Posting Komentar