Artikel di bawah ini Corner 23 copy dari https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10153378534010112&id=382504610111, dan kami postkan ulang untuk anda baca dan mengajak kita semua untuk coba berpikir dan seharusnya pemikiarn bersama yang seharusnya menjadi pertimbangan dan bahkan mungkin pada akhirnya bisa menjadi sebuah keputusan dan jalan yang akan kita ambil untuk menyikapi sebuah masalah contohnya dalam artikel di bawah ini :
Gebyar kemenangan timnas Indonesia U-19 terhadap timnas U-19 Korea Selatan masih sangat hangat dirasakan hingga kini. Betapapun rakyat Indonesia kini tengah berbahagia atas prestasi timnas U-19 yang belakangan ini tengah mengobati rasa dahaga kemenangan rakyat Indonesia di bidang sepak bola. Juara piala AFF sudah dikantongi, kini prestasi mereka dilanjut dengan mengalahkan timnas U-19 Korea Selatan untuk maju ke babak putaran final Piala AFC U-19 di Myanmar 2014. Euforia kemenangan dirasakan seluruh rakyat Indonesia di berbagai kalangan dan lapisan. Namun tak ada gading yang tak retak, prestasi gemilang timnas U-19 kini terancam sirna. Kabarnya Official Korsel mengajukan protes ke AFC terkait pemakaian pemain ilegal di Indonesia U19. Official Korsel mendapatkan info dari KEDUBES Korsel untuk Indonesia bahwa Indonesia menggunakan pemain Ilegal sepanjang turnamen dan mencetak Gol ke gawang Korsel.
Official Korsel juga mengajak Official Philiphina dan Official Laos untuk bersama sama melakukan protes. Saat ini ketiga Official dari ketiga negara tersebut sedang mengumpulkan koran Indonesia yang menyebutkan klub ilegal di Indonesia.
Masalah utamanya adalah pemain ilegal. Lebih tepatnya adalah pemain yang tidak diakui oleh PSSI. Siapa? Evan Dimas. Apa pasal? Karena klub yang dibela Evan Dimas, Persebaya 1927 tidak diakui secara resmi oleh PSSI. Meskipun sudah mengikuti Liga Premier Indonesia, Persebaya 1927 tetap tak diakui oleh PSSI di akhir penyelenggaraan karena dianggap ilegal. Persebaya 1927 dianggap tidak mampu menyelenggarakan administrasi klub secara sehat dan PSSI mengklaim bahwa Persebaya dari Divisi Utama lah yang legal. Jika ditelusuri lebih dalam sebenarnya ini adalah masalah lama. PSSI kini telah dikuasai oleh orang-orang Nurdin Halid yang dulu pernah membekukan keberadaan Persebaya Surabaya. Persebaya memang dikenal sebagai tim yang sangat getol mengkritik kebijakan PSSI yang dirasa penuh intrik, permainan dan mafia pengaturan skor. Persebaya juga sempat memboikot salah satu pertandingan di ISL karena sangat merugikan Persebaya di waktu itu yang mengakibatkan mereka dihukum oleh PSSI. Dari peristiwa tersebut kemudian tim-tim ISL yang juga menganggap penyelenggaran ISL sudah tidak jujur serta status Nurdin Halid sebagai Ketua PSSI yang saat itu penuh dengan kasus, mereka mendirikan liga tandingan bernama LPI. Pemerintah akhirnya ikut turun tangan dan membubarkan PSSI Nurdin Halid dan membentuk struktur baru dan menunuk LPI sebagai liga yang diakui. Namun orang-orang Nurdin Halid yang tersingkirkan mulai memberikan perlawanan. Melalui KPSI orang-orang Nurdin Halid itu mulai membuat PSSI tandingan. Sepakbola Indonesia menjadi semakin kacau. Dengan perjuangan yang entah baik atau tidak orang-orang ini terbukti bisa menguasai kembali PSSI. Alhasil tim-tim yang dulu pernah melawan PSSI seperti Arema, Persema dan Persebaya kemudian diskenariokan untuk ditendang dari persepakbolaan Indonesia. Ironis mengingat kedua tim dari Jawa Timur ini memiliki sejarah yang besar. Sudah lupakah PSSI dengan asal muasal sepak bola Indonesia yang juga ikut dicetuskan oleh tim-tim tersebut? Persema disingkirkan dengan alasan didiskualifikasi, begitu juga Persibo. Sedangkan Arema IPL dan Persebaya 1927 disingkirkan karena dianggap tim kloningan. Padahal masayarakat Indonesia sangat mengetahui jika Arema IPL lah yang asli, namun karena tidak adanya pendanaan yang jelas, mereka kalah bersaing dengan Arema ISL bentukan orang-orang Nurdin Halid yang sangat getol mendanai. Apalagi dengan melebur Arema ISL dengan Pelita Jaya yang sangat jelas milik perusahaan Bakri. Persebaya 1927? Apa yang perlu diragukan dari tim ini? Supporter yang fanatis, pemain jempolan, permainan cepat ala tiki-taka, stadion yang besar atau pengelolaan kompetisi usia muda sangat berjalan baik. Lantas? Sepertinya Persebaya 1927 disingkirkan karena dianggap terlalu vokal memprotes kebijakan PSSI. Bahkan terdengar selentingan kabar jika karena Persebaya dulu jarang mengirimkan “upeti” bagi PSSI. Untuk menandingi Persebaya yang sudah mlekat di kalangan sepakbola Surabaya, maka orang-orang Nurdin Halid membangun sedemikian rupa tim kecil bernama Persikubar untuk didanai besar dan dijadikan Persebaya tandinga, jadilah Persebaya yang berlaga di Divisi Utama. Kesempatan semakin terbuka lebar untuk menyingkirkan Persebaya 1927 ketika Persebaya kloningan justru mampu naik ke ISL, entah karena permainan atau tidak.
Akibat perseteruan ini kini status Evan Dimas sebagai pemain profesional masih disandra oleh PSSI. PSSI tak mau mengakui Evan Dimas sebagai pemain Persebaya 1927. Akibatnya? Keikutsertaan timnas U-19 di putaran final piala AFC 2014 nanti terancam didiskualifikasi karena mengikutkan seorang pemain yang tak sah (tak diakui PSSI). Jika sudah begini bohong besar ketika La Nyala (Waketum PSSI) berujar bila prestasi selanjutnya Timas Indonesia U-19 adalah juara piala Asia. Kalau memang ingin memaksimalkan prestasi timnas, legalkan status Evan Dimas. Jangan menguasai PSSi atas dasar kepentingan kelompok, ketika tidak suka disingkirkan, namun ketika berprestasi diperebutkan dan dielu-elukan. Evan Dimas adalah kapten dan aset penting timnas U-19, tolong jangan munafik PSSI !
Belum ada tanggapan untuk "Timnas U-19 Bisa di Diskualifikasi Akibat Arogansi PSSI"
Posting Komentar