Sahabat yang berbahagia,
Cagar alam Situ lengkong panjalu, yang berada di Desa
Panjalu Kecamatan Panjalu Kabupaten ciamis ini, dahulu luasnya sekitar 67
hektar bahkan mungkin lebih. Destinasi wisata unggulan kabupaten ciamis ini
mempunyai banyak potensi untuk dijadikan objek wisata, baik wisata sejarah,
wisata religi, wisata alam ataupun hanya sekedar rekresai. oleh karena itu
karena luasnya topik yang dapat di gali dari situ panjalu ini, maka kami
mencoba membuat beberapa segmen atau episode video untuk kami ekpose kepada
sahabat sekalian.
Dan Untuk episode kali ini kami mencoba mengekpos
nusa-nusa atau pulau-pulau yang ada di sekitar situ lengkong panjalu.
Dalam video ini kami akan mengajak menelusuri
ketiganya, makanya kami sarankan sahabat menonton video ini sampai habis ya….
Sahabat yang berbahagia, menurut sejarah, konon
katanya dahulu kala, sebelum terbentuk menjadi situ, kawasan sekitar situ
lengkong panjalu adalah merupakan suatu lembah yang mengelilingi bukit, dan
bukit itu namanya pasir jambu. Kemudian seiring dengan berjalanya waktu,
seperti diceritakan dalam kisah prabu sanghyang borosngora, maka pada masa
kekuasaanya terbentuknya atau dibangunnya situ lengkong panjalu.
Sahabat yang berbahagia,
Sejarah situ lengkong panjalu berawal dari pada masa bertahtanya
prabu sanghyang borosngora di kerajaan panjalu, menurut sejarah prabu sanghyang
borosngora memindahkan prabon kerajaan panjalu dari dayeuhluhur Maparah ke nusa
larangan. Prabon di Dayeuhluhur maparah berada di bukit citatah yang berada di
tepi situ bahara atau dikenali juga sebagai situ sanghyang. Dan disana sampai
sekarang terdapat hutan larangan Cipanjalu yang konon merupakan tempat
bersemadinya Raja-raja Panjalu.
Sahabat yang berbahagia, barusan kami menyebut
beberapa istilah yang mungkin asing bagi sahabat, seperti dayeuhluhur,
dayeuhluhur secara bahasa berarti kota tinggi. Kemudian prabon, prabon artinya
kediaman raja mungkin samadengan istana atau keraton.
Baiklah sahabat sekalian, sekarang kami mengajak
sahabat menelusuri nusa atau pulau terbesar yang ada di situ lengkong ini. Nusa
yang paling besar ini merupakan nusa yang paling populer dan kami yakin sahabat
sudah banyak mengetahunyinya, Inilah nusa larangan atau nusa gede, untuk mencapai
ke nusa ini sahabat harus menggunakan perahu, tapi jangan khawatir Karena pengelola
telah menyediakan perahu-perahu untuk disewa. Sewaanya cukup murah hanya
sekitar dua ratus ribuan rupiah untuk satu paket atau duapuluh ribuan per
orang, dan nanti sahabat akan diajak mengelilingi nusa gede terlebih dahulu
sebelum di turunkan di gerbang nusa gede.
Oh ya sahabat, tahukah bahwa konon dahulu kala ada
satu jembatan yang menghubungkan antara daratan tepi danau dengan nusa gede?
Walau kebenaranya belum seratus persen dapat diakui, tapi menurut cerita pada
waktu itu orang yang bisa ke nusa larang tidaklah sembarangan orang, dan harus
melalui jembatan atau cukang dalam bahasa sunda. dan jembatanya itu berada di
dusun cukang padung sekarang, hal ini ditunjang dengan ditemukanya situs Apun
Otek yang konon katanya merupakan seorang gulang-gulang, dan gulang-gulang
adalah sebutan bagi seorang penjaga jembatan penghubung ke nusa larang
tersebut.
Sahabat, Ketika kita menginjakan kaki di nusa gede
kita akan disambut oleh dua patung harimau, yang satu berwarna putih dan yang
satunya berwarna hitam, kaitanya dalam hal ini konon berhubungan dengan kisah
bongbanglarang dan bombang kancana.
Setelah melalui gerbang yang artistik dan konon
mempunyai arti-arti tersendiri, selanjutnya kita harus melalui tangga mendaki,
katanya jumlahnya ada 80 anak tangga. Dan setelah sampai dipuncak, kita akan
disuguhi pemandangan yang sangat menawan dengan suasana yang sejuk dan dihibur
oleh irama unggas maupun serangga yang mendiami nusa gede ini. Dan salah satu
situs yang ada dipuncak bukit yang menjadi daya Tarik utama nusa ini adalah
pusara-pusara dari para pembesar kerajaan panjalu dan satu diantaranya adalah
pusara prabu hariang kancana yang
merupakan putra dari prabu sanghyang borosngora dan juga merupakan penerus
tahta kerajaan panjalu.
Sahabat yang berbahagia, berbicara tentang prabu
sanghyang borosngora dan prabu hariang kancana mengingatkan kita pada satu
kisah yang lain yaitu kisah prabu hyang bunisora dan prabu niskala wastu
kancana di kerajaan galuh, alurnya sama, isinya hampir sama, yang berbeda
adalah nama-nama tokoh dan asal darimana kisah itu berasal. Pertanyaan kami, tidak
mungkinkah dua kisah itu menceritakan tokoh yang sama?
Sahabat, kita kembali ke topik nusa-nusa yang berada
di situ lengkong panjalu,
Sebagai cagar alam, Nusa Larang memiliki vegetasi
hutan primer yang relatif masih utuh dan tumbuh secara alami. Di nusa gede
terdapat beberapa jenis flora seperti pohon Kondang, pohon Kileho, dan pohon Kihaji
dan lain-lain. Sedangkan fauna-fauna yang hidup di pulau itu antara lain adalah
Tupai, Burung Hantu, dan Kelelawar dan ada satu fauna endemik asli nusa gede
panjalu yang sangat unik yaitu kalong, kalong ini adalah hewan sejenis
kelelawar yang cukup besar. Unik karena kalau dulu, biasanya kalau sore hari
gerombolan kalong ini terbang bersama-sama seperti koloni ke astana gede kawali
dan paginya gerombolan kalong ini pulang lagi ke nusa gede panjalu. Dan ada
satu mitos tentang kalong ini, konon katanya saat siang hari saat kalong-kalong
ini bergelantungan di ranting-ranting pohon di nusa gede panjalu ini, untuk
menghindari bencana, kita jangan menyebutnya itu adalah kalong tapi sebut saja
itu adalah “buah kai”.
Sahabat yang berbahagia, dibalik ketenaran nusa gede
di situs lengkong panjalu, kepopuleranya tidak lepas dari campur tangan
pemerintah, dalam hal ini menurut kami situ lengkong panjalu lebih populer dari
sebelumnya karena pada masa pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, beliau sering
berkunjung dan memperkenalkan situs situ lengkong panjalu dan keramat prabu
hariang kancana yang konon merupakan seorang waliyulloh kepada masyarakat Indonesia.
Sahabat sekalian, selain nusa larang atau nusa gede
ini di cagar alam situ lengkong panjalu ini masih ada nusa-nusa yang lain,
yaitu nusa hujung winangun dan nusa pakel, walaupun seiring dengan waktu, situ
lengkong panjalu ini mengalami penyempitan, sehingga nusa hujung winangun dan
nusa pakel sudah tidak berbentuk pulau lagi melainkan menyerupai tanjung saja,
sehingga kalau sahabat ingin datang kesana, sahabat bisa melaluinya tanpa harus
berperahu.
Sahabat chanel devi sofiah yang berbahagia,
Pulau kedua atau nusa kedua yang berada di lokasi situ
lengkong panjalu adalah nusa hujung winangun, ukuranya lebih kecil dari nusa
gede, dan nusa ini kalau kita perhatikan sudah tidak berbentuk nusa lagi,
karena gugusanya sudah menyatu dengan daratan, shingga kalau sekarang bisa
disebut juga tanjung.
Kalau sahabat memasuki kawasan ini, Setelah melalui
gerbang yang yang dihiasi patung harimau, kita akan melalui areal pemakaman. Dari
mulai masuk disambut dengan pusara-pusara, yang kalau diperhatikan ada pusara
yang baru dan ada juga pusara yang sudah tua.
Menurut penuturan masyarakat sekitar, di nusa hujung
winangun disemayamkan seorang cucu dari prabu hariang kancana, yaitu eyang
cayut martabaya.
Sahabat yang berbahagia, cukup lama kami berada di
nusa hujung winangun ini memperhatikan pohon-pohon yang tumbuh disini baik dari
bentuk dan ukuranya, kami lihat banyak pohon-pohon yang sudah tua dengan
ukuranya yang sangat besar, kami juga memperhatikan bentuk bentuk pusaranya, dan
setelah kami perhatikan, ada kesamaan dari pusara-pusara yang ada disini, baik
pusara yang baru maupun pusara yang tua, bahkan pusara eyang cayut martabaya
sendiri sama-sama menghadap ke ka’bah. Semua arahnya sama. Melihat dari arah dan
bentuk pusaranya timbul asumsi kami bahwa eyang cayut dan tokoh-tokoh yang
dimakamkan disini memang benar adalah seorang muslim. Dan kami juga berpendapat
bahwa sesungguhnya masih banyak potensi yang dapat digali dan dikembangkan dari
nusa hujung winangun ini, untuk dijadikan sebagai tujuan wisata.
Sahabat yang berbahagia, demi menghormati leluhur
walau hanya pusara dan petilasanya, penelusuran video di nusa hujung winangun
kami putuskan sampai gerbangnya saja.
Sahabat chanel devi sofiah yang berbahagia
Setelah melalui dua nusa yaitu nusa gede dan nusa
hujung winangun, masih dengan kendaraan roda dua akhirnya kami sampai ke nusa
ketiga yaitu nusa pakel. Jaraknya tidak jauh dari nusa winangun, kami kira
tidak sampai tiga kilometer. Nusa pakel ini luasnya hanya beberapa ratus meter
persegi saja.
Kondisinya sama seperti nusa winangun yaitu sudah
menjadi tanjung, dan bukan sebuah pulau lagi, buktinya sepeda motor kami diparkir
tepat di bawah tangga yang menuju nusa pakel ini.
Di nusa pakel ini aktivitas yang cocok sahabat
lakukan adalah nyantai, atau bisa juga sahabat mengadakan makan bersama atau
bahkan ngaliwet…. Sahabat bisa ngaliwet bersama teman, saudara, dan keluarga
sahabat disini. Bisa juga sahabat memancing ikan di lengkong seperti banyak
dilakukan oleh masyarakat sekitar sini. Dan memang kalau melihat sejarah nusa
pakel ini konon katanya dulu, nusa pakel adalah tempat peristirahatan dan
tempat ngasonya para keluarga raja panjalu saat itu.
Belum ada tanggapan untuk "SITU LENGKONG PANJALU UPDATE NUSA-NUSA SEKITARNYA"
Posting Komentar