1.1 Arti Kata Nyangku
Nyangku berasal dari bahasa Arab yaitu Yanko yang artinya membersihkan. Dalam hal ini adalah membersihkan berbagai macam benda-benda pusaka warisan nenek moyang Panjalu. Masyarakat setempat lebih lazim menyebut upacara adat tersebut sebagai upacara Nyangku. Menurut sejarah, di daerah ini dahulu pernah beridiri sebuah kerajaan besar bernama Panjalu.
Ritual Nyangku ini selalu menyedot ribuan pengunjung baik dari kalangan masyarakat masyarakat umum, penduduk Panjalu atau keturunannya yang datang dari berbagai daerah. Upacara ini digelar untuk mengingat jasa dan perjuangan leluhur masyarakat Panjalu, yakni Prabu Sanghiang Boros Ngora. Sang Prabu adalah raja Panjalu yang cukup terkenal
1.2 Asal-usul Upacara Adat Nyangku
Dalam upacara sakral Nyangku, Museum Bumi Alit dan Situ Lengkong, satu sama lain saling berhubungan. Ketiga-tiganya merupakan tonggak sejarah terjadinya pergeseran keadaan sejarah Panjalu Lama ke Panjalu Baru.
Upacara adat sakral Nyangku juga merupakan peninggalan raja-raja Panjalu yang sekarang masih ada
Upacara adat sakral Nyangku pada jaman dahulu merupakan suatu misi yang agung, yaitu salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam agar rakyat Panjalu memeluk agama Islam. Upacara adat sakral Nyangku biasanya dilaksanakan setiap tahun satu kali yaitu pada bulan Robiul Awal (Maulud) pada minggu terakhir hari Senin dan Jum’at.
Tujuan dari upacara adat sakral Nyangku adalah untuk merawat benda-benda pusaka supaya awet dengan tata cara tersendiri sebagai tradisi atau adat. Namun hakikat dari upacara adat sakral Nyangku adalah membersihkan dari segala sesuatu yang dilarang oleh agama. Selain merawat benda-benda pusaka upacara adat sakral Nyangku juga bertujuan untuk memperingati maulud Nabi Muhammad SAW dan mempererat tali persaudaraan keturunan Panjalu.
1.3 Pelaksanaan Upacara Adat Nyangku
Penyelenggaraan upacara adat sakral nyangku dilaksananak oleh para sesepuh Panjalu, unsur pemerintah desa, instansi-instansi yang terkait, LKMD, tokoh masyarakat, dan para Kuncen. Jalannya upacara adat sakral Nyangku dikoordinir oleh Yayasan Noros Ngora dan desa.
Sebagai persiapan upacara adat sakral Nyangku, semua keluarga keturunan Panjalu menjelang maulud Nabi Muhammad Saw biasanya jaman dulu suka menyediakan beras sebagai bahan sesajen untuk membuat tumpeng. Beras tersebut harus dikupas dengan tangan dari tanggal satu Maulud sampai dengan satu hari sebelum pelaksanaan upacara Nyangku. Selanjutnya para warga keturunan Panjalu mengunjungi makan raja-raja Panjalu untuk berziarah dan memberitahukan upacara kepada kuncen-kuncen para leluhur Panjalu.
Kemudian dilakukan pengambilan air untuk membersihkan benda-benda pusaka dari tujuh sumber mata air:
1. Mata air Situ Lengkong
2. Karantenan
3. Kapunduhan
4. Cipanjalu
5. Kubangkelong
6. Pasanggrahan dan
7. Kulah Bongbang Kancana.
Pengambilan air dilakukan oleh kuncen Bumi Alit atau petugas yang ditunjuk. Keperluan lain yang diperlukan dalam upacara adalah sesajen yang terdiri dari tujuah macam dan ditambah umbi-umbian, ke tujuh macam itu adalah :
1. ayam panggang
2. tumpeng nasi merah
3. tumpeng nasi kuning
4. ikan dari Situ Lengkong
5. sayur daun kelor
6. telur ayam kampung
7. umbi-umbian.
Selain itu juga ditambah tujuh macam minuman yaitu :
1. kopi pahit
2. kopi manis
3. air putih
4. air teh
5. air mawar
6. air bajigur
7. rujak pisang.
Perlengkapan yang lain yang diperlukan dalam upacara adalah sembilan payung dan kesenian Gemyung untuk mengiringi jalannya upacara.
1.4 Susunan Acara Nyangku
Sebelum upacara adat sakral Nyangku dilaksanakan, pada malam harinya diadakan suatu acara Mauludan untuk memperingati kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para sesepuh Panjalu serta masyarakat yang datang dari berbagai penjuru dengan susunan acara biasanyam:
1. Pembuka,
2. Pembacaan ayat suci Alqur’an diteruskan dengan tawasul dan membaca berzanzi,
3. Penjelasan atau riwayat singkat pelaksanaan Nyangku oleh ketua Yayasan Boros ngora yaitu Bapak H. Atong Cakradinata,
4. Sambutan-sambutan.
1. Wakil dari pemerintah daerah
2. Sesepuh Panjalu
3. Kasi kebudayaan Depdiknas Kabupaten Ciamis
4. Uraian Maulid Nabi.
5. Do’a dan tutup dilanjutkan dengan acara kesenian Gemyung yang dilaksanakan semalam suntuk sampai pukul 03.00.
1.5 Pawai Nyangku
Pada pagi harinya dengan berpakaian adat kerajaan, para sesepuh Panjalu dan keluarga besar Yayasan Borosngora berjalan beriringan menuju Bumi alit, tempat benda-benda pusaka disimpan. Kemudian dibacakan puji-pujian dan sholawat Nabi Muhammad SAW, kemudian benda pusaka yang sudah dibungkus dengan kain putih mulai disiapkan untuk segera diarak menuju tempat pembersihan.
Perjalanannya dikawal oleh peserta upacara adat serta diiringi dengan musik gemyung dan bacaan sholawat Nabi. Benda-benda pusaka diarak kurang lebih sejauh1 Km menuju Nusa Gede Situ Lengkong. Pada upacara Nyangku selain diiringi oleh musik gemyung juga didiringi oleh upacara adat. Barisan pembawa bendera umbul-umbul, penabuh gemyung dan barisan para sesepuh Panjalu berjalan beriringan dengan para pembawa bendera pusaka.
Kemudian setelah sampai di Situ Lengkong dengan perahu mereka menuju Nusa Gede dengan dikawal oleh perahu sebanyak 20 buah, kemudian diarak kembali menuju bangunan kecil yang ada di Nusa gedeberupa bangku yang beralaaskan kasur yang khusus dibuat untuk upacara Nyangku. Benda-benda pusaka kemudian disimpan di atas kasur tersebut dan satu persatu mulai dibuka bungkusnya lalu diperlihatkan kepada pengunjung sambil dibacakan riwayatnya oleh H. Atong Cakradinata. Setelah itu benda-benda pusaka mulai dibersihkan dengan air dari tujuh sumber memakai jeruk mipis. Yang pertama kali dibersihkan adalah pedang Sanghyang Boros Ngora. Setelah selesai dicuci lalu dioles minyak kelapa yang dibuat khusus lalu dibungkus dengan cara melilitkan zanur (daun Kelapa muda) kemudian dibungkus kembali dengan kain putih yang terdiri dari tujuh lapis, kemudian memakai tali dari benang boeh dan dikeringkan dengan asap kemenyan, setelah itu disimpan kembali di Bumi alit.
Pelaksanaan upacara adat sakral Nyangku tidak selamanya dilaksanakan di balai desa atau di alun-alun tergantung situasi dan kondisi. Namun walaupun dilaksanakan di balai desa atau di alun-alun tetapi tidak mengurangi kesakralannya. Kadang-kadang sebelum rombongan datang ke bale desa, diadakan penjemputan dengan karesmen adat seolah-olah yang datang itu calon pengantin pria dan diramaikan oleh berbagai kesenian diluar kesenian Gemyung. Bahkan di alun-alun seminggu sebelum hari H, Nyangku sudah ada kegiatan pasar malam.
1.6 Benda-benda yang Dibersihkan di Upacara Adat Nyangku
Benda-benda yang dibersihkan pada upacara adat sakral Nyangku adalah diantaranya sebagai berikut:
1. Pedang sebagai senjata pembela diri dalam rangka menyebarkan agama Islam.
2. Cis sebagai senjata pembela dalam rangka menyebarkan agama Islam
3. Kujang bekas membelah belanga yang menutupi kepala Bombang Kancana.
4. Keris komando senjat bekas para raja Panjalu sebagai tongkat komando.
5. Keris pegangan para Bupati Panjalu.
6. Pancaworo senjata perang
7. Bangreng merupakan senjata perang
8. Gong kecil alat untuk mengumpulkan rakyat dimasa yang dulu
9. Semua Benda Pusaka yang ada di keluarga Yayasan Borosngora dan benda pusaka yang ada dimasyarakat Panjalu.
Belum ada tanggapan untuk "Upacara Adat Nyangku Panjalu"
Posting Komentar