Gundah ataupun mungkin adalah stress melanda, ketika kita hanya mampu duduk lunglai dan bersandar, tak terasa apalagi disengaja nafas di hembuskan disertai dengan tekanan, lalu dengan reflek pula tangan kananya mengelus wajahnya sendiri. Syukurlah karena yang tergumamkan saat itu adalah kalimat “innalilahi wainna ilaihi rooji’un”.
Kalimat itu merupakan penyerahan diri atau apabila kita tahu langkah-langkah sebelumnya yang telah ia lakukan, kalimah yang terucapkanya itu adalah tanda tawakkalnya kepada Rabb. Dengan digumamkanya kalimat inna lillahi wainna ilaihi rooji’un itu menandakan dia sadar dan yakin bahwa apa yang terjadi dan menimpa dirinya saat itu adalah merupakan kehendakNya, dengan kalimat itu berarti ia sadar bahwa tak ada satu apapun atau seorangpun yang mampu membuat atau menjadikan sebuah kejadian terjadi melainkan semua yang berlaku, dan semua yang terjadi adalah kehendakNya. Semua itu adalah satu bukti bahwa Rabbna bersifat irodah (berkehendak) yang dapat diartikan bahwa Rabb berbuat atau tidak berbuat sesuatu itu adalah bukan karena terpaksa atau dipaksa, melainkan karena sesungguhnya sesuatu terjadi adalah karena Rabb berkehendak untuk menjadikan sesuatu terjadi atau tidak terjadi.
Seraya merebahkan kepalanya di sandaran kursi, pikiranya menjelajahi langkah-langkah yang telah dilaluinya, juga langkah-langkah yang akan dialuinya. Pada kilas balik dia menemukan satu dua hal, pada satu hal ia merasa tidak merasa menyesal karena telah melakukanya dengan baik dan sungguh-sungguh, dan pada hal lain ia merasa menyesal karena sesungguhnya ia sendiri merasa ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sedangkan pada saat ia bepikir akan apa yang akan dilakukannya kemudian dia berharap dan cemas, satu sisi ia yakin karena merasa rencananya itu telah ia pikirkan dengan masak, sedang ia merasa cemas takutnya rencana dan do’anya tidak sama dengan qodlo dan qodarNya untuk dia.
Pada saat seperti itu dia mengingat sebuah pesan dari gurnya; “Kita hanya diwajibkan untuk berusaha dan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, sedang keberhasilan bukanlah sesuatu kewajiban yang harus diterima karena sesungguhnya Rabblah yang menciptakan semuanya bisa terjadi walaupun itu terbangnya satu partikel di alam semesta ini.
“Subhanallooo....h”, ia kembali bergumam. “Sungguh hanya karena Engkaulah semua ini terjadi, piawainya Engkau wahai Rabb yang telah menciptakan skenario kehidupan yang indah dan penuh romatika ini. Robbi... aku ini bodoh sekali, aku tak tahu.... dan selalu salah mengerti. Aku seakan menyalahkanMu karena satu rencanaku tak sesuai dengan taqdirmMu, padahal berjuta kebaikan dan kenikmatan lain tak kusadari telah Kau limpahkan bersamaan dengan itu. Aku seperti berucap haaa...h padaMu karena tak puas, sedang aku memakai nafas dariMu untuk ucapan haaa...h itu sendiri”.
Saat duduk di ujung malam, bimbang dalam gamang ingin rasanya bernyanyi lagu Berandal Malam di Bangku Terminal. Begitu berat rasanya menghadapi esok hari. Walau susah harus kupaksakan tidur dan beristirahat, kasihan tubuh dan jiwaku, semoga dengan tidur, Rabb akan memberikan kesegaran esok pagi saat terjaga.
“Oh....ya Rabb, terimakasih atas hari ini, atas udara, nafas, nasi, pagi, dan atas semua nikmat yang telah Kau limpahkan, terimakasih atas semua yang tidak mungkin dapat aku rinci karena jumlahnya telalu banyak. Dan terimakasih juga karena Engkau telah perkenankan aku untuk mengucapkan kata terimakasih padaMu. Aku bersumpah, sungguh tak ada satupun nikmatMu yang dapat aku dustakan. Dan jadikanlah aku mahkluk yang senatiasa bersyukur padaMu”
Belum ada tanggapan untuk "Obat Stress"
Posting Komentar