Anggota KTH Lugina Teuweul Lumbunggirang bersama Kepala CDK VII, Penyuluh Kehutanan dan Kasi Ekonomi Kec. Lumbung |
Meliponikultur menjadi solusi yang baik dalam rangka
pelestarian hutan kita. Setidaknya ada dua manfaat kegiatan pemeliharan lebah
tanpa sengat, meliputi manfaat ekonomis dan manfaat ekologis. Bagi peternak
atau pembudidaya lebah, usaha ini mendatangkan manfaat ekonomi dari pemasaran
produk perlebahan. Produk perlebahan antara lain madu, roti lebah (beebread),
dan propolis. Dari sudut pandang ekologis, bisa dikatakan semua jenis lebah
adalah agen penyerbukan atau polinasi bagi tanaman. Lebah membutuhkan nektar
dan serbuk sari pada bebungaan. Serbuk sari merupakan bagian dari bunga yang
berfungsi sebagai pembawa gamet jantan bagi bunga. Dalam proses mengumpulkan
nektar dan serbuk sari inilah peluang terjadinya penyerbukan bunga. Serbuk sari
seringkali menempel dalam tubuh lebah dan kemudian jatuh pada putik. Jatuhnya
serbuk sari pada putik memungkinkan terjadinya pembuahan pada bakal biji di
dalam bunga itu sendiri. Kurangnya informasi yang memadai menjadi kendala dalam
pengembangan meliponikultur di Indonesia. Untuk itulah buku panduan sederhana
ini disusun, dengan harapan memberikan kontribusi kecil bagi perkembangan
perlebahan di Indonesia, dan kegiatan pelestarian hutan pada umumnya.
Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas karena
kekayaan hayatinya yang tinggi. Kawasan hutan kita luas. Keanekaragaman hayati
yang kita miliki sejatinya bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Namun sepertinya paradigma kita
masih belum sampai pada kesadaran tersebut. Sebagai contoh sederhana, selama
ini kita memaknai hutan hanya sebatas produksi kayu sebagai komoditas ekonomi.
Pemahaman kita akan potensi hasil hutan non kayu masih terbatas sekali. Padahal
hasil hutan nonkayu seperti resin, rotan, madu, dan aneka flora fauna merupakan
potensi yang sangat besar jika dikelola dengan baik. Kedepan kita perlu merubah
paradigma yang memandang kayu sebagai komoditas utama. Keanekaragaman hayati
yang kita punya perlu didata, kemudian dikaji pemanfaatannya untuk
kesejahteraan bangsa ini. Kesadaran mengenai betapa banyak potensi tanaman
pangan, potensi tanaman obat, potensi binatang bermanfaat, potensi ekowisata
dan lain-lain perlu dimunculkan. Pengetahuan dan cara berpikir yang berbasis
pada keanekaragaman hayati secara komprehensif, paket teknologi, dan
pengembangan pasar merupakan modal dasar membangun masa depan sektor kehutanan.
Sebagai negara tropis, Indonesia dikaruniai kekayaan jenis lebah yang tinggi.
Kita adalah negara dengan kekayaan jenis lebah madu dari marga Apis yang
terbanyak di dunia. Di luar lebah madu Apis, Indonesia memiliki sekitar 40
jenis lebah tanpa sengat atau lazim disebut kelulut/klanceng/teuweul. Sebagian
besar bisa dikembangkan sebagai lebah penghasil madu. Sungguh suatu ironi
karena faktanya kita masih menjadi negara pengimpor madu. Kekayaan jenis lebah
kelulut yang kita miliki menjadi contoh kecil potensi ekonomi berbasis
keanekaragaman hayati. Kelulut merupakan kelompok lebah madu, dan bisa
dibudidayakan. Madunya bahkan dihargai lebih mahal ketimbang madu dari lebah
Apis spp. Jika potensi kelulut ini dikelola dengan baik, tentunya bisa
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat, terutama mereka
yang tinggal di sekitar kawasan hutan. Dalam sebuah dokumennya, FAO (Food and
Agriculture Organization) menyebutkan bahwa budidaya lebah merupakan salah satu
peluang ekonomi terbaik bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan (Bradbear,
2008). Selain manfaat langsung berupa produk perlebahan seperti madu,
beepollen, dan propolis yang langsung bisa dikonversi dalam bentuk rupiah;
manfaat ekologis lebah kelulut sebagai serangga penyerbuk patut menjadi catatan
bagi kita. Dengan adanya jasa penyerbukan lebah, produksi pertanian dan perkebunan
menjadi optimal. Sayangnya, kita tidak pernah menghitung nilai Meliponikultur |
Petunjuk praktis 2 ekonomi dari jasa serangga-serangga kecil tersebut pada
hasil pertanian dan perkebunan yang dihasilkan para petani. Secara praktis,
kelulut menjadi potensi ekonomi yang cukup menjanjikan bagi masyarakat yang
tinggal di sekitar hutan. Namun lebih dari itu, jika kita telaah lebih jauh,
ternyata budidaya kelulut bisa menjadi media yang efektif dalam memberikan
paket pengetahuan ke masyarakat. Melalui kelulut, pesan-pesan utama dalam
konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lestari, bisa
tersampaikan. Semuanya tidak perlu disampaikan dalam bahasa yang muluk-muluk
dan terdengar asing di telinga masyarakat awam. Budidaya kelulut dengan sendirinya
mengajarkan masyarakat untuk memelihara pohon atau bahkan melakukan pengayaan
jenis dan populasi guna memenuhi ketersedian pakan dan sumber material
sarangnya. Sebagai peternak kelulut juga dituntut menjaga kualitas lingkungan
sekitar, seperti mencegah kebakaran hutan dan mengurangi penggunaan pestisida
kimia. Selain manfaat di atas, produk utama lebah kelulut berupa madu bisa
dijadikan media untuk mempromosikan kawasan, karena pada dasarnya setiap
kawasan akan menghasilkan produk madu dengan ciri khas masing-masing. Secara
umum, manfaat tak langsung dari budidaya kelulut bagi masyarakat pengelola
kawasan hutan antara lain berfungsi untuk: - Memberikan gambaran mengenai arti
penting menjaga keanekaragaman hayati di kawasan hutan - Mengenalkan konsep agroforestri
dan pola pemanfaatannya - Memicu pengembangan metode pengendalian hama yang
ramah lingkungan dengan menghilangkan atau minimal mengurangi bahan kimia -
Menanamkan kebanggaan terhadap kawasan hutan.
Belum ada tanggapan untuk "MELIPONIKULTUR DAN MANFAATNYA"
Posting Komentar