Hidayah yang secara bahasa berarti petunjuk. Dan diartikan sebagai penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah secara istilah. Hidayah ini merupakan satu bukti bahwa Allah SWT bersifat Irodah (berkehendak), salah-satu sifat yang harus kita ketahui dan kita imani adanya.
Karena Hidayah ini hanya milik Allah, kita tidak akan dapat mengarahkan seseorang untuk berbuat sesuatu atau mengarahkan seseorang untuk menjadi apa, dan bagaimanapun upaya kita untuk merubah seseorang, bagaimanapun kerja keras kita untuk menyadarkan seseorang, maka itu tidak ada artinya jika Allah tidak menghendaki hidayah kepadanya. Allah berfirman dalam QS Al-Qoshos ayat 56 yang artinya "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”
Ibnu katsir menafsirkan ayat ini, “Allah mengetahui siapa saja dari hambaNya yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya”.
Syaikh Muhammad ibnu Shalih al-Utsaimin menerangkan, “Hidayah di sini maknanya adalah hidayah petunjuk dan taufik. Allah SWT berikan hidayah ini kepada orang yang pantas mendapatkannya, karena segala sesuatu yang dikaitkan dengan kehendak Allah SWT, maka mesti mengikuti hikmah-Nya.”
Sejarah memberi petunjuk bagi kita bahwa Nabi Muhammad SAW sendiri tidak dapat memberi hidayah dan taufik. Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa Nabi Muhammad SAW mempunyai seorang paman yang begitu baik, selalu melindungi dan membantu Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Tholib, dan Nabi begitu sayangnya kepada beliau namun sayang Allah SWT tak berkehendak memberikan hidayah dan taufik kepadanya sehingga sampai ajal menjemputpun Abu Tholib tetap belum memeluk Agama Islam.
Sejarah lain membuktikan; walau begitu sayang dan kuatnya usaha seorang mahluk Allah tidak dapat memberikan Hidayah dan Taufik terbukti dengan sejarah Nabi Nuh yang tidak mampu memberikan hidayah dan taufik walau kepada putranya Kan’an yang tetap saja ingkar kepada Allah sehingga ia tetap berada bersama golongan kaum yang ditenggelamkan Allah dengan banjir bandang yang didatangkan Allah sebagai adzab kepada kaum Nabi Nuh yang ingkar
Corner 23 pada postingan kali ini memberikan contoh-contoh orang yang beruntung mendapatkan hidayah dan taufiknya sehingga diberi kesempatan untuk memeluk Agama Islam.
Artikel dari http://www.tribunnews.com
Abanda Herman (Ahmad Abanda Herman)
Manajer Persib Bandung, Umuh Muhtar, mengaku sangat terharu dan bahagia, karena selama memimpin tim Persib, baru kali ini ada seorang pemain asing yang menyatakan diri sebagai mualaf. Hal itu diungkapkan Umuh, saat menjadi saksi pengucapan syahadat yang dilakukan oleh bek Persib, Abanda Herman
"Sebetulnya sudah lama Abanda menginginkan masuk Islam, tapi saya memberi waktu kepada dia agar merenungkan kembali hal itu, jangan sampai dia pindah keyakinan karena keterpaksaan. Namun dia benar-benar mengungkapkan bahwa dirinya sangat serius dan penuh kesadaran hati ingin memeluk Islam. Saya pun menyambut gembira dan haru," kata Umuh dengan mata berkaca-kaca di depan jemaah.
Hal yang sama diungkapkan pelatih Djadjang Nurdjaman. Menurut Djanur, hari itu merupakan hari yang tidak akan pernah dia lupakan dan membuat dirinya merasa sangat bahagia. "Saya sangat senang dan bahagia melihat ada pemain yang menjadi mualaf," ujar Djanur singkat.
Setelah mengucapkan syahadat, Abanda mengaku bahwa hatinya sangat merasa damai dan tenang. Terlebih karena dia merasa memiliki suasana baru di dalam hidupnya.
"Aku sangat bahagia bisa masuk Islam. Semua ini adalah berdasarkan kesadaran aku tanpa ada paksaan dari orang lain. Ini murni kesadaran aku pribadi," ucap Abanda.
Abanda juga mengaku tidak memiliki masalah hubungan dia dan keluarganya di Kamerun. "Aku sudah dewasa, dan keluarga aku pun sangat mengerti dengan keputusan aku ini," kata defender jangkung berusia 29 tahun ini.
Abanda mengungkapkan ketertarikannya memilih Islam karena dia melihat di dalam Islam semua sudah diatur sedemikian rupa dan ada tata cara atau doa-doanya dalam melakukan hal apa pun. Apalagi dia sering melihat rekan-rekannya melakukan salat berjemaah di mana pun dan kapan pun berada, baik sedang di Bandung maupun sedang melakukan tur luar kota.
"Aku senang melihat rekan-rekan salat berjemaah, hal itu membuat aku tertarik untuk mendalami Islam. Aku sadar bahwa Islam adalah agama sempurna bagi umat manusia," katanya.
Terkait dengan khitan yang merupakan hal yang wajib dilakukan seorang muslim, Abanda mengaku hal itu sudah dilakukannya sejak dia masih kecil. Untuk ke depannya, kata Abanda, ia akan terus mempelajari hal-hal tentang Islam termasuk belajar mengaji dengan Alquran yang diberikan Jujun Junaedi kepadanya saat mengucapkan syahadat.
"Aku akan membaca Alquran dan memperdalam Islam. Nama aku pun sekarang menjadi Ahmad Abanda Herman," katanya. Ditanya soal kemungkinan menjadi warga negara Indonesia, Abanda hanya bisa tersenyum. "Kita lihat saja nanti," katanya.
Belum ada tanggapan untuk "Abanda Herman Memeluk Agama Islam"
Posting Komentar