Puasa As-Syuro

Pidato Basa Sunda Nyambut Taun Baru Islam

Sebagai tanda bahwa kita seorang muslim yang selalu menjadikan semua momen sebagai wahana untuk melakukan kebaikan dan selalu mengambil nilai positif dari setiap peristiwa sepanjang waktu. Baik juga rasanya kita menyambut tahun baru Hijriyah dengan meriah dan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif. Diantara kegiatan yang sangat baik dan hanya dilakukan pada Bulan Muharram adalah Puasa As-Syuro.

 As-Syuro’ berasal dari kata ‘asyaro, yang berarti sepuluh. Karena hal ini asalnya adalah terkait dengan suatu peristiwa besar dalam sejarah umat manusia yang terjadi di tanggal sepuluh Muharram. Dihari itu Allah menyelamatkan Nabi Musa as. dan kaumnya dari kejaran Fir’aun, serta menenggelamkan Fir’aun dan tentaranya.

وعن عبد اللَّه بن عباس رضي اللَّه عنهما قال: ” قَدِمَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ فَرَأَى الْيَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء، فَقَالَ: مَا هَذَا؟ قَالُوْا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ، نَجَّى اللَّهُ فِيْهِ مُوْسَى وَبَنِي إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمء، فَصَامَهُ، فَقَالَ: أَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ” .وَفِي رِوَايَةٍ: ” فَصَامَهُ مُوْسَى شُكْراً، فَنَحْنُ نَصُوْمُهُ” .وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى: ” فَنَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْماً لَهُ” . أخرجه البخاري (4/244) ح(2004) ، ومسلم (1130)، وأبو داود (2/426) (ح2444) ، وابن ماجه (1/552) ح(1734) ، والبيهقي (4/286).

Dari Abdullah bin ‘Abbas ra. Berkata : Rasulullah saw datang ke Madinah dan melihat orang-orang yahudi berpuasa dihari ”asyuro. Maka beliau berkata: apa ini?. Orang-orang yahudi menjawab: ”ini adalah hari yang baik, dihari itu Allah menyelamatkan Nabi Musa as dan Bani Isroil dari musuh mereka, maka Nabi Musa berpuasa dihari itu.’ Maka Rasulullah saw berkata : saya lebih berhak atas Nabi Musa dari kalian.’ Maka Rasulpun berpuasa dihari itu  dan dan memerintahkan (kaum muslimin)  untuk berpuasa ” Dan di riwayat lain ” maka Nabi Musa Berpuasa dihari itu sebagai rasa syukur, dan kita juga berpuasa” Dan di riwayat lain ”maka kita berpuasa untuk mengagungkannya”

 

Puasa ’Asyuro ini sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman jahiliyyah, dan Rasulullah saw pun sudah menjalankan puasa tersebut sejak di Makkah. Bahkan puasa ’Asyuro merupakan puasa yang diwajibkan bagi kaum muslimin sebelum diwajibkannya Puasa Ramadhan. Dan ketika hijrah ke Madinah Rasulullah juga tetap melaksanakannya. Namun setelah ada kewajiban puasa  Ramadhan, puasa As-Syuro hukumnya tidak wajib lagi.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: ” كَانَ عَاشُوْرَاء يُصَامُ قَبْلَ رَمَضَانَ، فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ، وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ”.وَفِي رِوَايَةٍ : ” كَانَ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ تَصُوْمُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وِكَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُهُ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فَرَضَ رَمَضَانَ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ” .
أخرجه البخاري (4/244) (ح2001) ، (2002) ، ومسلم (1125) ، وأبو داود (2/326) (ح2442)، والترمذي (2/118) (ح753) ، ومالك في “الموطأ” (1/299) ، وأحمد (6/29، 50، 162) ، وابن خزيمة (2080).

Dari ‘A’isyah ra. Berkata : dulu puasa As-Syuro’ dilakukan sebelum puasa Ramadhan, maka ketika turun (kewajiban puasa) ramadhan, maka bagi yang mau boleh berpuasa, dan bagi yang mau boleh tidak”

Dan diriwayat lain  sebelumnya puasa As-Syuro sudah dilaksanakan orang-orang Quraisy di masa Jahiliyyah, dan Rasulullah saw juga melaksanakannya di masa itu, dan ketika sampai Madinah rasul tetap melaksanakannya, dan memerintahkan untuk berpuasa. Dan ketika diwajibkan puasa ramadhan, beliau meninggalkan(kewajiban) puasa As-Syuro, maka barang siapa yang mau boleh berpuasa, dan bagi yang mau boleh tidak.

وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: “كَانَ عَاشُوْرَاءُ يَصُوْمُهُ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ، فَلَمَّا نَزَلَ رَمَضَانَ قَالَ: مَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ لَمْ يَصُمْهُ” .وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: ” إِنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوْا يَصُوْمُوْنَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَأَنَّ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ، وَالْمُسْلِمُوْنَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ رَمَضَانُ، فَلَمَّا افْتُرِضَ، قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ عَاشُوْرَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللهِ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ” .أخرجه البخاري (4/102، 244) (ح1892) ، (2000) ، و(8/177) (ح4501)، ومسلم (1126) ، وأبو داود (2/326) (ح2443) ، وابن ماجه (1/553) (ح1737) ، والدارمي (1/448) (ح1711) ، وابن حبان (8/386) ، (ح3622) ، (3623) ، والبيهقي (4/290).

Dan dari Abdullah bin ‘Umar ra  berkata : sebelumnya puasa As-Syuro dilaksanakan di masa  jahiliyyah, dan ketika turun kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah saw bersabda : bagi yang mau boleh berpuasa, dan bagi yang mau boleh tidak.”

Dan disatu riwayat Muslim: “sesungguhnya orang-orang jahiliyyah berpuasa di hari As-Syuro’, dan Rasulullah saw juga berpuasa, termasuk kaum muslimin sebelum kewajiban puasa Ramadhan. Maka ketika diwajibkan(puasa Ramadhan), Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya As-Syuro’ adalah hari dari hari-hari Allah, maka bagi yang mau silahkan berpuasa, dan bagi yang mau boleh meninggalkannya”

Dan banyak lagi hadits yang lain terkait masalah ini.

 

Hukum Puasa As-Syuro

Hukum puasa As-Syuro adalah SUNNAH MUAKKADAH. Sebagaimana dalil yang telah disebut di atas. Bahkan bagi yang belum niat puasa di malam harinya, jika hari itu belum makan apa-apa, dianjurkan untuk berpuasa. Karena secara umum untuk puasa sunnah tidak disyaratkan harus niat dulu dimalam harinya. Dan bagi yang sudah makan, juga dianjurkan untuk tidak makan disisa hari itu, termasuk mengajarkannya pada anak-anak.

وَعَنِ الرُّبَيْعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: “أَرْسَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُوْرَاءَ إِلَى قُرَى اْلأَنْصَارِ الَّتِيْ حَوْلَ الْمَدِيْنَةِ : مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِماً فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، وَمَنْ كَانَ مُفْطِراً فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ، فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُوْمُهُ، وَنُصَوِّمُهُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ “أخرجه البخاري (4/200) (ح1960) ، ومسلم (1136) ، وأحمد (6/359) ، وابن حبان (8/385) (ح3620) ، والطبراني (24/275) (ح700) ، والبيهقي (4/288).

Dari Ar Rabi’ binti Mu’awwidz ra berkata: “Rasulullah saw mengutus dihari As-Syuro’ ke perkampungan orang-orang Anshor yang berada disekitar madinah, (dan bersabda): “barang siapa yang pagi hari berpuasa, hendaklah menyempurnakan puasanya. Dan barangsiapa yang tidak berpuasa, maka hendaklah ia sempurnakan (tidak makan) disisa harinya.” maka kami setelah itu berpuasa As-Syuro, dan mengajak anak-anak kecil kami untuk berpuasa”

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِيْ يَزِيْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُوْرَاء؟ فَقَالَ: ” مَا عَلِمْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ يَوْماً يَطْلُبُ فَضْلَهُ عَلَى اْلأَيَّامِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ، وَلاَ شَهْراً إِلاَّ هَذَا الشَّهْرَ – يَعْنِيْ رَمَضَانَ -” .

وَفِي لَفْظٍ: ” مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ، يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَهَذَا الشَّهْرَ، يَعْنِي: شَهْرَ رَمَضَانَ” أخرجه البخاري (4/245) (ح2006) ، ومسلم (1132) ، والنسائي (4/204) (ح2370)، وأحمد (1/367) ، وابن خزيمة (2086)، والبيهقي في “شعب الإيمان” (3779)، وفي “السنن الكبرى” (4/286)، والطبراني (1254).

Dari Abdullah bin Abi Yazid bahwasannya beliau mendengar Ibnu Abbas ra ditanya tentang puasa As-Syuro’ . maka beliau berkata :”saya tidak mengetahui Rasulullah saw. Berpuasa disuatu hari mengharapkan keutamaannya atas hari-hari lain kecuali hari ini(As-Syuro’), dan tidak pula bulan kecuali bulan ini,-yaitu ramadhan-“ dan disuatu lafadz;” saya tidak melihat Rasulullah saw lebih  mengupayakan puasa disuatu hari mengharap keutamaannya atas hari lainnya dari hari ini, yaitu hari As-Syuro, dan bulan ini yaitu Bulan Ramadhan’”

 

Keutamaan Puasa As-Syuro

Keutamaan puasa As-Syuro’ adalah dapat menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu.

وَعَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ ” . أخرجه مسلم (1162)، وأبو داود (2/321) (ح2425)، والترمذي (2/115) (ح749) ، وابن ماجة (1/553) (ح1738) ، وأحمد (5/308)، والبيهقي (4/286).

Dari Abu Qotadah ra. Bahwasannya Rasulullah saw bersabda : “puasa dihari As-Syuro’ , saya mengharapkan dari Allah swt untuk menghapuskan dosa setahun yang telah lalu”

وَ لِقَوْلِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [وَ صَوْمُ عَاشُوْرَاءَ يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً ] رواه مسلم

Dan Sabda Rasulullah saw : “Puasa As-Syuro’ menghapus dosa setahun yang lalu

Dan yang masyhur menurut para ‘Ulama’, dosa yang dihapus adalah dosa-dosa yang kecil. Adapun dosa yang besar, maka tetap harus dengan taubat secara khusus. Imam Nawawi rahimahullah berkata : ”.. menghapuskan segala dosa kecil, artinya adalah menghapuskan segala dosa kecuali dosa besar.”kemudian beliau berkata :” puasa ’Arofah menghapus dosa dua tahun, dan puasa As-Syuro menghapus dosa satu tahun, dan jika aminnya( dalam sholat berjamaah) bersamaan dengan aminnya Malaikat maka akan diampuni dosanya yang telah lalu. Semua yang disebutkan tadi dapat menghapuskan dosa. Jika ada dosa-dosa kecil, maka akan menghapuskannya. Dan jika tidak ada dosa kecil maupun besar, maka akan dicatat kebaikan baginya, dan diangkat derajatnya. Dan jika ada dosa besar, namun tidak ada dosa kecil, maka kita berharap mudah-mudahan dapat memperingan dosa besar”

Dan Ibnu Taimiyah berkata ;”Thoharoh, sholat, puasa Ramadhan, ’Arofah, dan As-Syuro menghapus dosa-dosa kecil saja” . 

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إَلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ” صحيح مسلم, و الترمذي

Dari Abi Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “sholat lima waktu, antara jum’at dengan jum’at, dan ramadhan dengan ramadhan, menghapuskan dosa-dosa yang ada diantaranya, jika dosa-dosa besar dijauhi” .

 

WAKTUNYA :

Puasa As-Syuro’ dilaksanakan pada tanggal sepuluh Muharram. Namun Rasulullah juga memerintahkan untuk berpuasa pada tanggal 9 muharramnya (puasa tasu’ah)  agar berbeda dengan Ahlul Kitab.

وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “لَئَنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ” .
وَفِي رِوَايَةٍ قَالَ: ” حِيْنَ صَامَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْقَابِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ، قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” أخرجه مسلم (1134) ، وأبو داود (2/327) (ح2445)، وأحمد (1/236)، وابن أبي شيبة (2/314)، (ح9381)، والطحاوي (2/78)، والطبراني (11/16)، (ح10891)، والبيهقي (4/287).

Dan dari Ibnu ‘Abbas ra berkata : ”Rasulullah saw bersabda: ”..Jika saya masih hidup tahun depan, sungguh saya akan berpuasa juga di tanggal sembilan”. Dan diriwayat lain: “ ketika Rasulullah saw berpuasa As-Syuro’, dan memerintahkan untuk berpuasa, Shohabat berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani juga! Maka Rasulullah saw bersabda :”jika tahun depan insya Allah kita puasa tanggal sembilan juga.” Maka belum sampai tahun depan Rasulullah saw sudah wafat”

وَقَدْ رُوِيَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ مَوْقُوْفاً عَلَيْهِ: بِلَفْظِ: “صُوْمُوْا التَّاسِعَ وَالعَاشِرَ، خَالِفُوا الْيَهُوْدَ ” أخرجه عبد الرزاق (7839) ومن طريقه: البيهقي (4/287) ، والطحاوي في “شرح معاني الآثار ” (2/78)

Dan Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan lafadz : ”puasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh, berbedalah dengan yahudi!”

Sedangkan Ibnul Qoyyim dan Ibnu Hajar menyatakan : bahwa puasa As-Syuro’ ada tiga tingkatan : yang paling sempurna adalah puasa tanggal 9, 10, dan 11 muharram, tingkatan berikutnya puasa tanggal 9 dan 10, dan tingkatan berikutnya puasa tanggal 10 saja.

Para ulama menyatakan, jika ingin berpuasa di tanggal sepuluh saja tidak ada masalah, karena itu adalah waktu asalnya. Namun yang lebih afdlol adalah puasa juga sehari sebelumnya atau sesudahnya.

 

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Puasa As-Syuro"

Posting Komentar